Wayang Golek: Warisan Budaya Sunda yang Penuh Nilai Filosofis

  • Bagikan
Wayang Golek
Gambar oleh Ekansh chhetri dari pixabay

BANDUNG – Wayang golek adalah seni pertujukan tradisional dari budaya Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Sejak berabad abad lamanya, budaya ini menjadi salah satu simbol kearifan lokal yang memiliki banyak nilai filosofi, spritualitas dan moral. Bagi masyarakat Sunda budaya ini lebih dari sekedar hiburan, warisan budaya yang menggambarkan pandangan hidup. Menceritakan kisah kisah menarik yang di wariskan secara turun termurun.

Sejarah Wayang Golek

Di tanah Sunda mulai di kenal pada pada masa penyebaran agama Islam di Jawa Barat sekitar abad ke-16. Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga adalah dua tokoh penyebaran Islam kepada masyarakat setempat, di tanah Sunda berfungsi sebagai media dakwah dan sarana pendidikan moral.

Ciri Khas Wayang Golek

Berbeda dengan wayang kulit yang terkenal di Yogyakarta, wayang golek sunda adalah seni pertunjukan boneka 3 dimensi terbuat dari kayu. Kata “golek” dalam bahasa Sunda berartikan “mencari” atau “boneka kayu” yang merajuk pada bentuk boneka yang menyerupai manusia.

Nilai Filosofis dan Pendidikan dalam Wayang Golek

Salah satu keunggulannya adalah kemampuannya untuk menyampaikan pesan moral dan nilai kehidupan melalui cerita-cerita yang disampaikan. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, kejujuran, kepedulian terhadap sesama, dan ketekunan adalah pesan-pesan yang kerap muncul. Selain itu, sering menyentuh tema kebijaksanaan dalam menghadapi konflik, kebersamaan dalam keberagaman, dan pentingnya menjaga keharmonisan alam serta hubungan antar sesama manusia.

Baca Juga : Jaipong: Energi Gerak dalam Harmoni Budaya Sunda

salah satu bentuk seni pertunjukan yang tidak hanya menghibur tetapi juga sarat akan pesan moral dan nilai filosofis. Dengan terus di lestarikan dan di perkenalkan kepada generasi muda yang  akan menjadi simbol kebudayaan yang tidak pernah terlupakan.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *